Senin, 03 Maret 2008

Arah Pendidikan TI di Indonesia Menuju Kemandirian

Dalam bidang TI, konsep kemandirian itu mengandung sejumlah pengertian, yakni :

Menghasilkan SDM yang memiliki pengetahuan, kompetensi, dan keahlian TI sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menciptakan produk-produk dan jasa-jasa TI, khususnya di dalam negeri.

Menjadi pusat pembelajaran dan peningkatan kualitas pengetahuan SDM dalam pemanfaatan TI.

Bersinergi dengan pemerintah maupun sektor industri (swasta) untuk bersama-sama menyusun strategi peningkatan keunggulan kompetitif bangsa dalam era globalisasi melalui penguasaan TI.

Untuk memosisikan arah pendidikan TI menuju kemandirian tersebut setidaknya dibutuhkan empat domain utama yang harus dipelajari secara sungguh-sungguh, yaitu: Pertama, struktur kebutuhan yang terkait dengan TI dalam kerangka arsitektur industri nasional. Kedua, strategi dunia pendidikan dalam menjawab tantangan kebutuhan industri, terutama yang terkait dengan ketersediaan SDM TI berkualitas. Ketiga, peluang untuk dapat bersaing di pasar regional dan global dalam penerapan TI. Keempat, tren dan ancaman persaingan global di bidang TI yang akan mempengaruhi struktur industri nasional.

Struktur Industri Teknologi Informasi Nasional

Produk dan Jasa
International Data Centers (IDC) membagi industri TI Indonesia menjadi 3 segmen besar, yaitu industri perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa. Industri perangkat keras dibagi menjadi 4 sub-industri, yakni:

Servers – perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras komputer berbasis arsitektur server, seperti superkomputer, komputer paralel, komputer berprosesor ganda atau multi-processor computers, komputer berkecapatan tinggi, dll.

Personal Computers - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras komputer untuk kebutuhan personal (Personal Computer), termasuk notebook, palmtop, dan perangkat keras berbasis digital lainnya.

Data Communication - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras untuk kebutuhan komunikasi data dan jaringan, seperti: modem, hub, router, switch, medium transmisi (kabel dan nirkabel), dll, serta

Peripherals - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras penunjang berbasis digital yang kerap digunakan oleh pengguna komputer, seperti: printer, scanner, mouse, joystick, kamera digital, dll.

Sementara, industri perangkat lunak dibagi menjadi 3 sub-industri, yakni:
Application Solutions – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan bisnis dan industri, antara lain aplikasi berbasis konsep manajemen: Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM), Customer Relationship Management (SCM), dll.

Application Tools – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan spesifik yang biasanya digunakan untuk membantu pengguna komputer dalam mempercepat proses kerja tertentu, seperti: simulasi, aplikasi CAD/CAM, tools analisa statistik, software optimalisasi proses, dll.

System Infrastructure Software – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat kontrol perangkat keras, seperti: sistem operasi, sistem pemantau jaringan, sistem pengamanan komputer dan jaringan, dll.

Industri jasa dibagi dalam 5 sub-industri yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu:
Consulting – penyediaan jasa konsultasi yang terkait dengan masalah di bidang informatika, seperti: pembuatan RFP (Request-For-Proposal) atau TOR (Term-Of-Reference) untuk kebutuhan tender, penyusunan master plan pengembangan TI korporat, audit sistem informasi perusahaan, perancangan skenario Disaster Recovery Planning (DCP), dll.

Implementation – penyediaan jasa pengimplementasian konsep atau aplikasi sistem/TI di sebuah perusahaan: e-business, e-commerce, e-procurement, office automation, intranet and extranet, call center, dll.

Supports and Services – penyediaan jasa pemeliharaan sistem pasca implementasi yang umumnya dilakukan melalui alihdaya (outsourcing);

Operations Management – penyediaan jasa menjalankan satu atau lebih komponen infrastruktur TI di perusahaan, seperti: manajemen jaringan, help desk, call center, dll.
Training –penyediaan jasa pelatihan untuk mengembangkan kompetensi dan keahlian SDM korporat.

Memperhatikan pertumbuhan masing-masing segmen pasar di atas, beberapa hal di bawah ini sangat perlu diperhatikan, yakni:

Segmen pasar perangkat keras. PC masih tetap menjadi primadona, karena masih kecilnya penetrasi komputer secara nasional. Menurut Gartner PC masih akan menjadi perangkat pilihan utama mereka yang ingin mengakses internet. Karenanya dibutuhkan institusi pendidikan dan orang-orang yang ahli dalam teknologi PC dan bagaimana PC dapat menjadi enabler bagi individu atau organisasi yang menggunakannya.

Institusi Pendidikan Teknologi Informasi
Saat ini terdapat sekitar 200 perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang memiliki program studi yang terkait dengan TI untuk jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral. Sekitar 300 lainnya untuk jenjang diploma-III dan IV, yang keseluruhannya menghasilkan kurang lebih 25,000 lulusan setiap tahunnya.

Kalangan pengamat industri menilai bahwa jumlah itu sangat jauh dari kebutuhan industri yang sebenarnya, yang mencapai sekitar 500,000 lulusan per tahun. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun dengan asumsi sekitar 7% mahasiswanya mengambil disiplin TI.

Dalam kategori PBB, lulusan yang dihasilkan nantinya dapat dibagi dalam dua golongan, yakni IT Workers, yang secara langsung terkait denga keahlian TI. Sedang IT-enabled Worker, yang lebih sebagai pengguna TI sesuai dengan bidang-bidang keahliannya, misalnya ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum, dan lain sebagainya.

Peluang Bersaing di Pasar Global
Struktur industri, tipe pengguna, dan produk/jasa dalam domain pasar global tidak jauh berbeda dengan pasar domestik. Yang secara signifikan membedakannya adalah tuntutan standar pengetahuan, kompetensi, maupun keahlian SDM dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.

Saat ini, sebagian besar perusahaan besar di tanah air misalnya, menggunakan paket perangkat lunak aplikasi siap pakai yang dibuat oleh perusahaan besar (seperti Microsoft, SAP, Oracle, IFS, dll), maupun yang tailor-made (dilakukan oleh perusahaan konsultan asing).

Namun, peluang untuk mengembangkannya masih terbuka lebar, karena 100 produk perangkat lunak terbaik hanya mengisi tidak lebih dari 45% total pasar dunia. Kenyataan inilah yang memacu negara seperti India, Malaysia, Filipina, dan Thailand untuk menyediakan jasanya baik dalam bentuk pembuatan aplikasi siap pakai, maupun yang bersifat jasa customization.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para profesional software engineering di Indonesia adalah kemampuannya membuat perangkat lunak aplikasi yang memenuhi standar kualitas international best practices. Bisnis yang menjadi primadona dalam industri perangkat lunak saat ini adalah outsourcing pembuatan modul-modul software pesanan negara ke negara-negara Asia.

Mereka mengirimkan technical requirements dan technical design-nya, sedang pembuatan modul programnya dilakukan di perusahaan Asia. Hal ini dilakukan tidak saja melihat karena tenaga kerja yang lebih murah, tetapi juga lebih produktif.

Hanya saja, peningkatan kompetensi SDM lokal dalam upaya memenuhi standar kualitas internasional sering diartikan sebagai dimilikinya sertifikasi bertaraf internasional. Meski hal itu, tidak terkait langsung dengan kualitas pendidikan formal yang telah dimilikinya. Tahun 2000 saja tak kurang dari 1,8 juta profesional di dunia yang telah memperoleh sertifikat, seperti: MCP, MCSD, CNE, CNA, CCDA, CISSP, A+, dan lain sebagainya.

Satu-satunya hambatan Indonesia dalam memacu profesionalnya untuk memenuhi kriteria tersebut adalah mahalnya biaya mendapatkan sertifikasi. Karenanya, perlu sinergi dalam memecahkan masalah tersebut. Sertifikasi internasional ini merupakan modal tambahan yang cukup signifikan di samping gelar kesarjanaan, karena sering kali proses tender internasional memprasyaratkan tersedianya profesional dengan sertifikat keahlian tertentu.

Trend TI Masa Datang
Dalam mencermati situasi ini, ada baiknya kita melihat tren TI ke depan. Perkembangannya, setidaknya dipacu oleh 3 kenyataan utama, yaitu:

Pertama, cepatnya perkembangan TI terkait dengan peningkatan kinerja prosesor dan memori (berdasarkan hukum Moore);
Kedua, turunnya biaya produksi pembuatan memori yang sangat signifikan.
Ketiga, meningkatnya kemampuan atau kapabilitas untuk melakukan komunikasi dengan menggunakan berbagai produk dan jasa teknologi telekomunikasi.

Berdasarkan hal itu, ada beberapa tren yang patut dipertimbangkan oleh lembaga pendidikan di Indonesia jika berniat menjadi pemain global dan mampu bersaing dengan pemain asing lainnya yang telah membanjiri industri TI di tanah air, antara lain:
• Semakin banyak dikembangkannya produk digital yang dilengkapit prosesor untuk melakukan komputasi atau yang kerap disebut embedded computing device, dan mudah dibawa kemana-mana (mobile computing). Karenanya, diperlukan pengetahuan mengenai perangkat keras maupun perangkat lunak yang terkait karakteristik produk tersebut.

•Fenomena penggunaan open source sebagai backbone perangkat lunak di perusahaan akan semakin menggejala, tidak saja di UKM, juga di perusahaan raksasa kelas dunia.

•Kebutuhan TI yang tadinya banyak digunakan kalangan bisnis untuk meningkatkan profitabilitasnya akan bergeser ke individu guna meningkatkan kualitas kehidupan maupun gaya hidup.

•Di bidang jasa, perusahaan akan lebih fokus pada core business, sehingga ketika TI dipandang sebagai fungsi bisnis penunjang, maka outsourcing menjadi pilihan, tentu dengan mempertimbangkan kualitas, biaya, dan kecepatan.

•Security dan reliability infrastruktur serta jaringan komunikasi akan menjadi concern utama dari siapapun yang ingin berinteraksi melalui internet. Produk atau jasa yang dapat menjawab tantangan ini akan sangat laku diperdagangkan.

•Infrastruktur dengan bandwidth yang lebar untuk keperluan multimedia akan teramat sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, sehingga penyedianya pasti akan memperoleh pelanggan yang sangat laris, baik dari kalangan korporasi maupun individual.

• Internet akan bermetamorfosa ke bentuk barunya, sebagai hasil konvergensi antara beragam teknologi, sehingga konsep teknologi baru seperti Ipv6, jaringan nir kabel (wireless), “internet part two”, akan menjadi primadona.

• Perjanjian dagang terbuka secara bilateral maupun multilateral secara perlahan akan mulai diterapkan. Akibatnya, semakin meningkatkan penggunaan TI untuk eBusiness atau eCommerce.

• Remote business, yakni melakukan kerjasama bisnis dari jarak jauh akan menjadi suatu fenomena yang terjadi dimana-mana sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya pesatnya TI.

Tidak ada komentar: