Senin, 03 Maret 2008

Blog dan Komunitas

Pada era Web 2.0, penggunaan Internet bukan hanya sekedar kebutuhan pencarian informasi satu arah, namun yang terpenting dari era ini adalah adanya interaksi. Interaksi yang dirancangkan dalam dunia Internet pun berkembang pesat, mulai dari sekedar interaksi isian form, hingga kemudian muncul fasilitas interaksi online seperti forum, dan kemudian juga berkembang yang marak saat ini adalah blog.

Tidak seperti halnya forum, mungkin pada awal kemunculannya, blog tidak serta merta dianggap baik oleh semua kalangan. Oleh karena saat itu blog, lebih dianggap sebagai tempat dimana seseorang yang bukan siapa-siapa minta diperhatikan lebih. Sebagian orang juga mungkin menganggap blog sebagai suatu bentuk narsisme yang berlebihan. Ya, awalnya memang banyak orang menganggap blog tak lebih dari sekedar publikasi catatan harian seseorang, yang tentu saja bagi kebanyakan orang saat itu dianggap berlebihan.

Namun hal tersebut tentu akan menjadi sangat berbeda tatkala yang menuliskan isi dalam blog adalah seorang artis, tokoh, atau bahkan menteri. Dari sinilah mungkin orang mulai berpikir pentingnya pendapat dari seseorang, menyimak pemikiran seseorang. Walaupun tak jarang kita jumpai beberapa blog yang memang kurang berguna karena hanya berisi tentang, “Hari ini guruku sangat menyebalkan”, atau “Hari ini aku bertemu dia di kafe”, dan seterusnya. Namun akhirnya masyarakat yang open minded pun mulai berpikir bahwa semua orang pun berhak menyuarakan pemikiran mereka, dan pemikiran yang bagus tak selamanya berasal dari seorang menteri, mungkin pendapat seorang mahasiswa bisa lebih menarik untuk disimak, atau pemikiran seorang ibu rumah tangga ternyata juga bisa sangat maju.

Pada akhirnya sikap keterbukaan inilah yang kemudian memacu pesatnya pertumbuhan blog, sehingga kemudian dengan mudah dapat kita jumpai komunitas-komunitas blogger. Komunitas ini berkembang tidak hanya di luar negeri, di Indonesia pun jumlahnya telah mencapai ratusan ribu. Bahkan seperti yang dilansir Kompas, Menkominfo Muhammad Nuh justru mengharapkan pada tahun 2008 nanti jumlah blogger dapat mencapai angka satu juta.

Di satu sisi maraknya komunitas dari para blogger ini mempunyai satu nilai positif bagi sebuah bangsa. Jika kita cermati aktifitas para blogger ini, seharusnya kita bersyukur bahwa sekarang masyarakat kita dapat lebih menghargai pemikiran dan pendapat orang lain. Selain itu masyarakat kita juga mulai berani menyuarakan pendapatnya, walaupun untuk anak SD mungkin blog masih hanya dipakai untuk menyuarakan keluhan mereka soal sekolah, atau tentang kegiatan ekstrakurikuler. Namun kita patut berbangga atas gejala positif ini, terutama atas berkembangnya sikap generasi muda melalui blog ini. Komunitas blogger ini juga merupakan perlambang adanya saling menghormati dan saling berbagi dalam kehidupan mereka. Lebih lanjut Wimar Witoelar mengatakan dalam “Pesta Blogger 2007” di Megaplex, Grand Indonesia, Sabtu (27/11) kemarin bahwa mereka yang ngeblog adalah orang-orang yang berani bersikap. Jadi bagaimana dengan Anda, siapkah Anda memperdengarkan pemikiran Anda kepada publik? Hal tersebut secara tak langsung juga mengintrospeksi diri kita tentang seberapa besar kepedulian kita terhadap hal-hal di luar diri kita, dan seberapa bergunanya pemikiran kita bagi orang lain?

Menggali Fenomena Maraknya Hotspot

Sudah bukan hal baru lagi bagi kita saat melihat pengunjung mall dengan antusias melahap berita dari Internet melalui laptop di depannya, dengan hanya ditemani sebotol teh atau camilan. Atau sekelompok mahasiswa yang menghabiskan waktunya di lingkungan kampus demi 'gratisan' Internet setiap hari. Namun jika kita cermati dengan baik, sebenarnya apakah sasaran utama dari penyediaan layanan ini pada ruang publik kita?

---

Memang ada banyak sekali alasan untuk suatu pihak memasang hotspot pada lokal area bisnisnya. Sebut saja kampus, karena institusi pendidikan ini mempunyai tujuan paling ‘mulia’ dalam pemasangan hotspot. Tujuan utama suatu kampus dalam menyediakan layanan hotspot tentu saja untuk memperluas akses civitas akademikanya terhadap informasi global melalui Internet, disamping mungkin juga mengembangkan komunitas e-learning yang mereka miliki. Walaupun tidak bisa dipungkiri juga terselip aspek bisnis dalam motivasinya. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh mana ketepatan layanan ini mencapai sasarannya? Benarkah dalam sebuah kampus, era Internet kabel sudah harus digantikan oleh hotspot. Ataukah hanya sekedar sebagai strategi bisnis dalam persaingan dunia pendidikan yang kian ketat?

Seperti yang kita tahu, sejak banyaknya kampus menyediakan layanan hotspot, memang kampus tersebut berhasil menjadi 'rumah kedua' bagi sebagian mahasiswa. Namun sebenarnya untuk alasan apakah mereka betah berlama-lama tinggal di kampus dengan laptop atau PDA-nya, mungkin harus dikaji lebih dalam. Yang jelas tidak sepenuhnya motivasi mereka untuk 'tinggal di kampus' terkait dengan tugas kampus yang harus dikerjakannya. Banyak diantaranya yang memanfaatkannya sekedar karena 'gratis'. Karena seperti yang diketahui bersama, biaya komunikasi di Indonesia, termasuk untuk koneksi Internet, masih relatif mahal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Itulah mengapa para mahasiswa ini lebih memilih 'gratis' di kampus, daripada 'bayar' di luar. Tentu saja semua itu sangat rasional.

Pastinya sebuah kampus sudah mempertimbangkan kemungkinan seperti tersebut di atas, sebelum mereka memutuskan untuk memasang hotspot. Jika sudah dapat menduga, mengapa juga mereka tetap memasangnya? Tak lain adalah karena pertimbangan aspek bisnis, karena seperti yang kita tahu, dunia pendidikan pun saat ini merupakan lahan bisnis yang potensial. Untuk dapat bersaing menjadi sebuah perguruan tinggi papan atas, tentunya tak semata kualitas pendidikan yang harus diperhatikan. Aspek fasilitas kampus merupakan salah satu faktor penentu layak tidaknya sebuah perguruan tinggi disebut 'bergengsi'. Bayangkan jika sebuah perguruan tinggi ternama sekelas UGM atau UI tidak mempunyai hotspot. Apa kata dunia? Itulah mengapa saat ini banyak kampus berlomba memperbaiki infrastrukturnya, termasuk infrastruktur IT-nya.

Lalu bagaimana dengan pemasangan hotspot pada suatu pusat keramaian? Seperti yang banyak kita lihat saat ini, banyak ruang publik yang menyediakan fasilitas hotspot. Untuk yang satu ini, alasannya sangat mudah ditebak, tak lain dan tak bukan adalah aspek bisnis semata. Ya, sebuah ruang publik yang menyediakan hotspot pastilah akan menarik bagi para surfer untuk mendatanginya, dan para surfer ini biasanya berasal dari ekonomi menengah ke atas. Ini merupakan suatu nilai tambah bagi proses marketing suatu pusat keramaian. Entah itu hotspot yang bersifat free hingga hotspot yang berbayar sekalipun kenyataannya tetap merupakan hal yang menarik, apalagi untuk kalangan muda di kota-kota besar, yang didominasi oleh pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru daerah. Tentu saja mereka merupakan target market yang potensial. Hitung saja sudah berapa pusat perbelanjaan maupun hiburan di sekitar kita yang memasang fasilitas ini, mulai dari Mall hingga kafe-kafe, semua berlomba memperlengkapi diri dengan fasilitas ini. Tak lain hanyalah untuk menarik pengunjung sebanyak mungkin untuk memperlancar bisnis mereka masing-masing.

Jadi sebenarnya hal terpenting dari fenomena maraknya pemasangan hotspot saat ini adalah bukan untuk apa mereka memasangnya, namun bagaimana kita memanfaatkannya. Orang yang memakai layanan tersebut hanya untuk sekedar mengetahui gossip artis dan film terkini tentunya tidak akan mendapat manfaat yang sama dengan orang yang memakainya untuk bekerja melihat harga saham di pasaran terkait dengan berita terbaru kebijakan pemerintah. Begitu juga dengan mahasiswa, walaupun sama-sama mendapat akses gratis di kampus, tergantung dengan bagaimana mereka akan memanfaatkannya.

Implikasi IT dan Internet

Di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, IT dan Internet sudah betul-betul merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai hal dapat kita lihat implikasinya. Berbagai dokumen dapat kita baca untuk melihat hal ini.

Implikasi di bidang Pendidikan

Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun cerita yang seru justru muncul di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat Internet bagi bidang pendidikan.

Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?.) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS[1]), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet[2]) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.

Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.

Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.

Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.

Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:

· Akses ke perpustakaan;

· Akses ke pakar;

· Menyediakan fasilitas kerjasama.

Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. (Informasi mengenai program Sekolah 2000 ini dapat diperoleh dari situs Sekolah 2000 di http://www.sekolah2000.or.id) Inisiatif seperti ini perlu mendapat dukungan dari kita semua. Ingat, ini masa depan anak cucu kita semua.

Implikasi di Bidang Bisnis

Berita atau informasi manfaat IT dan Internet di bidang bisnis nampaknya sudah sedemikian banyak sehingga jika dituliskan akan menjadi sebuah buku. Perlu diingat bahwa IT dapat dijadikan produk atau dapat digunakan sebagai alat (tools). Jadi sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk IT atau dapat menggunakan IT untuk menghasilkan produk atau layanannya. Untuk yang terakhir ini, IT dijadikan sebagai tools, bukan sebagai end product.

Adanya Internet mendobrak batasan ruang dan waktu. Sebuah perusahaan di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pasar Amerika dibandingkan dengan perusahaan di Eropa, atau bahkan dengan perusahaan di Amerika. Dahulu hal ini mungkin akan sulit dilakukan karena perusahaan lokal akan memiliki akses yang lebih mudah kepada pasar lokalnya. Perlu diingat, hal yang sebaliknya (perusahaan luar mengakses pasar Indonesia) dapat juga dilakukan dengan mudah. Jika hal ini tidak mendapat perhatian, maka pasar dalam negeri kita akan dijarah oleh perusahaan asing.

IT dan Internet dipercaya menjadi salah satu penopang ekonomi Amerika Serikat. Demikian percayanya mereka kepada hal ini sehingga pemerintah Amerika sangat bersungguh-sungguh untuk menjaga dominasi mereka dalam hal ini. Berbagai inisiatif dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat seperti dapat dilihat pada dokumen-dokumen yang dapat diperoleh di Web site mereka:

· Digital Economy 2000” (diperoleh dari http://www.ecommerce.gov)

Ekonomi yang berbasis kepada IT dan Internet ini bahkan memiliki nama sendiri: New Digital Networked Economy. Dalam ekonomi baru ini banyak kaidah ekonomi lama (old economy) yang dijungkirbalikkan. Pasar modal seperti NASDAQ yang didominasi oleh saham perusahaan yang berbasis teknologi ramai diburu dan dimonitor oleh pelaku bisnis. Saham-saham perusahaan teknologi, terutama yang berbasis IT dan Internet, dicari-cari oleh orang meskipun perusahaan tersebut masih dalam keadaan merugi. Ini berbeda dengan kaidah old economy. Apakah ini sehat atau tidak, banyak sudah kajian tentang hal ini. Ada yang mengatakannya sebagai bubble economy [Lihat refrensi “Internet Bubble”]. Point yang ingin disampaikan adalah ini ekonomi baru yang mesti kita simak dan kaji dengan seksama.

Di dalam industri software telah terjadi sebuah perubahan filosofi. Source code program yang semula dijaga kerahasiaannya sekarang dibuka dan dapat dibaca oleh siapa saja. Bagaimana perusahaan bisa menjual produk softwarenya? Perubahan filosofi ini dituangkan dalam sebuah model yang disebut model “Bazaar” dengan implementasi yang disebut “open source”. Contoh keberhasilan pendekatan ini adalah adanya operating system Linux yang gratis dan perusahaan Redhat yang mengkomersialkan produk Linux tersebut. (Diskusi lengkap mengenai filosofi ini dapat dilihat pada buku Eric Raymond, pada bagian “bahan bacaan”.)

Hilangnya batasan ruang dan waktu dengan adanya Internet membuka peluang baru untuk melakukan pekerjaan dari jarak jauh. Istilah teleworker atau teleworking mulai muncul. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dari rumah tanpa perlu pusing dengan masalah lalulintas.

Kesemua hal di atas menunjukkan adanya peluang-peluang baru di dalam bisnis dengan adanya IT dan Internet.

Di Indonesia ada berbagai inisiatif untuk menumbuhkan bisnis dan industri IT & Internet seperti program Nusantara 21, program Telematikan Indonesia, dan program Bandung High-Tech Valley (BHTV)[3]. Kesemuanya ini diharapkan dapat memacu Indonesia sehingga tidak tertinggal di dalam dunia IT dan Internet.

Implikasi di Bidang Pemerintahan

Implikasi IT dan Internet kepada bidang Pemerintahan agar kurang banyak dibahas, meskipun istilah e-government sering muncul dalam tulisan dan pemberitaan. IT dan Internet memaksa pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dengan transparan. Pejabat-pejabat harus dapat dihubungi melalaui e-mail. Birokrasi untuk melakukan pelaporan dapat dikikis dengan menggunakan Internet.

Aplikasi IT yang berhubungan dengan pemerintahaan adalah aplikasi yang dapat mendekatkan pejabat dengan rakyatnya. Town house meeting dapat dilaksanakan melalui teleconferencing. Demonstrasi dari mahasiswa dan rakyat dapat dikurangi atau bahkan dihindari bila mereka dapat melakukan dialog (baik secara tatap mata maupun secara elektronik) dengan para pejabat. Mengapa tidak menggunakan teleconferencing dimana rakyat langsung dapat menghadap dan berdialog dengan pejabat, meskipun letak fisik diantara keduanya cukup jauh?

Di Indonesia, IT sebetulnya sudah lama digunakan di bidang pemerintahaan. Penggunaan Internet juga sudah dimulai dengan adanya aplikasi “RI-NET” sebagai salah satu aplikasi pemacu program Telematika Indonesia. Aplikasi RI-NET ini memberikan akses email kepada para pejabat, memberikan layanan web (homepage) yang dapat diakses di http://www.ri.go.id, memberikan layanan pertukaran informasi multimedia, dan di kemudian hari akan memiliki aplikasi Decission Support System.

Salah satu contoh aplikasi lain adalah penggunaan web untuk menampilkan hasil pemilu yang baru lalu. Pengguna Internet di mana saja dapat melihat hasil pemilu secara on-line dan real-time di http://www.kpu.go.id dan http://www.hasilpemilu99.or.id. Hal ini memberikan keterbukaan (transparansi) pada proses pemilu. Hasilnya dapat kita lihat bahwa tidak banyak orang yang mengeluhkan masalah hasil pemilu yang baru lalu.



[1] WAIS = Wide Area Information System

[2] http://www.lights.com/hytelnet/sites1.html

[3] http://indonesia.elga.net.id/bhtv

Tulisan yang singkat ini semoga dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca sekalian, bahwa IT dan Internet sudah tidak dapat kita hindari. Bahkan, semestinya IT dan Internet kita gunakan untuk mensejahterakan bangsa Indonesia.

Arah Pendidikan TI di Indonesia Menuju Kemandirian

Dalam bidang TI, konsep kemandirian itu mengandung sejumlah pengertian, yakni :

Menghasilkan SDM yang memiliki pengetahuan, kompetensi, dan keahlian TI sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menciptakan produk-produk dan jasa-jasa TI, khususnya di dalam negeri.

Menjadi pusat pembelajaran dan peningkatan kualitas pengetahuan SDM dalam pemanfaatan TI.

Bersinergi dengan pemerintah maupun sektor industri (swasta) untuk bersama-sama menyusun strategi peningkatan keunggulan kompetitif bangsa dalam era globalisasi melalui penguasaan TI.

Untuk memosisikan arah pendidikan TI menuju kemandirian tersebut setidaknya dibutuhkan empat domain utama yang harus dipelajari secara sungguh-sungguh, yaitu: Pertama, struktur kebutuhan yang terkait dengan TI dalam kerangka arsitektur industri nasional. Kedua, strategi dunia pendidikan dalam menjawab tantangan kebutuhan industri, terutama yang terkait dengan ketersediaan SDM TI berkualitas. Ketiga, peluang untuk dapat bersaing di pasar regional dan global dalam penerapan TI. Keempat, tren dan ancaman persaingan global di bidang TI yang akan mempengaruhi struktur industri nasional.

Struktur Industri Teknologi Informasi Nasional

Produk dan Jasa
International Data Centers (IDC) membagi industri TI Indonesia menjadi 3 segmen besar, yaitu industri perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa. Industri perangkat keras dibagi menjadi 4 sub-industri, yakni:

Servers – perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras komputer berbasis arsitektur server, seperti superkomputer, komputer paralel, komputer berprosesor ganda atau multi-processor computers, komputer berkecapatan tinggi, dll.

Personal Computers - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras komputer untuk kebutuhan personal (Personal Computer), termasuk notebook, palmtop, dan perangkat keras berbasis digital lainnya.

Data Communication - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras untuk kebutuhan komunikasi data dan jaringan, seperti: modem, hub, router, switch, medium transmisi (kabel dan nirkabel), dll, serta

Peripherals - perencanaan, desain, manufaktur, distribusi, dan penjualan perangkat keras penunjang berbasis digital yang kerap digunakan oleh pengguna komputer, seperti: printer, scanner, mouse, joystick, kamera digital, dll.

Sementara, industri perangkat lunak dibagi menjadi 3 sub-industri, yakni:
Application Solutions – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan bisnis dan industri, antara lain aplikasi berbasis konsep manajemen: Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM), Customer Relationship Management (SCM), dll.

Application Tools – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan spesifik yang biasanya digunakan untuk membantu pengguna komputer dalam mempercepat proses kerja tertentu, seperti: simulasi, aplikasi CAD/CAM, tools analisa statistik, software optimalisasi proses, dll.

System Infrastructure Software – perencanaan, analisa, desain, konstruksi, dan penjualan perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat kontrol perangkat keras, seperti: sistem operasi, sistem pemantau jaringan, sistem pengamanan komputer dan jaringan, dll.

Industri jasa dibagi dalam 5 sub-industri yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu:
Consulting – penyediaan jasa konsultasi yang terkait dengan masalah di bidang informatika, seperti: pembuatan RFP (Request-For-Proposal) atau TOR (Term-Of-Reference) untuk kebutuhan tender, penyusunan master plan pengembangan TI korporat, audit sistem informasi perusahaan, perancangan skenario Disaster Recovery Planning (DCP), dll.

Implementation – penyediaan jasa pengimplementasian konsep atau aplikasi sistem/TI di sebuah perusahaan: e-business, e-commerce, e-procurement, office automation, intranet and extranet, call center, dll.

Supports and Services – penyediaan jasa pemeliharaan sistem pasca implementasi yang umumnya dilakukan melalui alihdaya (outsourcing);

Operations Management – penyediaan jasa menjalankan satu atau lebih komponen infrastruktur TI di perusahaan, seperti: manajemen jaringan, help desk, call center, dll.
Training –penyediaan jasa pelatihan untuk mengembangkan kompetensi dan keahlian SDM korporat.

Memperhatikan pertumbuhan masing-masing segmen pasar di atas, beberapa hal di bawah ini sangat perlu diperhatikan, yakni:

Segmen pasar perangkat keras. PC masih tetap menjadi primadona, karena masih kecilnya penetrasi komputer secara nasional. Menurut Gartner PC masih akan menjadi perangkat pilihan utama mereka yang ingin mengakses internet. Karenanya dibutuhkan institusi pendidikan dan orang-orang yang ahli dalam teknologi PC dan bagaimana PC dapat menjadi enabler bagi individu atau organisasi yang menggunakannya.

Institusi Pendidikan Teknologi Informasi
Saat ini terdapat sekitar 200 perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang memiliki program studi yang terkait dengan TI untuk jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral. Sekitar 300 lainnya untuk jenjang diploma-III dan IV, yang keseluruhannya menghasilkan kurang lebih 25,000 lulusan setiap tahunnya.

Kalangan pengamat industri menilai bahwa jumlah itu sangat jauh dari kebutuhan industri yang sebenarnya, yang mencapai sekitar 500,000 lulusan per tahun. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun dengan asumsi sekitar 7% mahasiswanya mengambil disiplin TI.

Dalam kategori PBB, lulusan yang dihasilkan nantinya dapat dibagi dalam dua golongan, yakni IT Workers, yang secara langsung terkait denga keahlian TI. Sedang IT-enabled Worker, yang lebih sebagai pengguna TI sesuai dengan bidang-bidang keahliannya, misalnya ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum, dan lain sebagainya.

Peluang Bersaing di Pasar Global
Struktur industri, tipe pengguna, dan produk/jasa dalam domain pasar global tidak jauh berbeda dengan pasar domestik. Yang secara signifikan membedakannya adalah tuntutan standar pengetahuan, kompetensi, maupun keahlian SDM dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.

Saat ini, sebagian besar perusahaan besar di tanah air misalnya, menggunakan paket perangkat lunak aplikasi siap pakai yang dibuat oleh perusahaan besar (seperti Microsoft, SAP, Oracle, IFS, dll), maupun yang tailor-made (dilakukan oleh perusahaan konsultan asing).

Namun, peluang untuk mengembangkannya masih terbuka lebar, karena 100 produk perangkat lunak terbaik hanya mengisi tidak lebih dari 45% total pasar dunia. Kenyataan inilah yang memacu negara seperti India, Malaysia, Filipina, dan Thailand untuk menyediakan jasanya baik dalam bentuk pembuatan aplikasi siap pakai, maupun yang bersifat jasa customization.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para profesional software engineering di Indonesia adalah kemampuannya membuat perangkat lunak aplikasi yang memenuhi standar kualitas international best practices. Bisnis yang menjadi primadona dalam industri perangkat lunak saat ini adalah outsourcing pembuatan modul-modul software pesanan negara ke negara-negara Asia.

Mereka mengirimkan technical requirements dan technical design-nya, sedang pembuatan modul programnya dilakukan di perusahaan Asia. Hal ini dilakukan tidak saja melihat karena tenaga kerja yang lebih murah, tetapi juga lebih produktif.

Hanya saja, peningkatan kompetensi SDM lokal dalam upaya memenuhi standar kualitas internasional sering diartikan sebagai dimilikinya sertifikasi bertaraf internasional. Meski hal itu, tidak terkait langsung dengan kualitas pendidikan formal yang telah dimilikinya. Tahun 2000 saja tak kurang dari 1,8 juta profesional di dunia yang telah memperoleh sertifikat, seperti: MCP, MCSD, CNE, CNA, CCDA, CISSP, A+, dan lain sebagainya.

Satu-satunya hambatan Indonesia dalam memacu profesionalnya untuk memenuhi kriteria tersebut adalah mahalnya biaya mendapatkan sertifikasi. Karenanya, perlu sinergi dalam memecahkan masalah tersebut. Sertifikasi internasional ini merupakan modal tambahan yang cukup signifikan di samping gelar kesarjanaan, karena sering kali proses tender internasional memprasyaratkan tersedianya profesional dengan sertifikat keahlian tertentu.

Trend TI Masa Datang
Dalam mencermati situasi ini, ada baiknya kita melihat tren TI ke depan. Perkembangannya, setidaknya dipacu oleh 3 kenyataan utama, yaitu:

Pertama, cepatnya perkembangan TI terkait dengan peningkatan kinerja prosesor dan memori (berdasarkan hukum Moore);
Kedua, turunnya biaya produksi pembuatan memori yang sangat signifikan.
Ketiga, meningkatnya kemampuan atau kapabilitas untuk melakukan komunikasi dengan menggunakan berbagai produk dan jasa teknologi telekomunikasi.

Berdasarkan hal itu, ada beberapa tren yang patut dipertimbangkan oleh lembaga pendidikan di Indonesia jika berniat menjadi pemain global dan mampu bersaing dengan pemain asing lainnya yang telah membanjiri industri TI di tanah air, antara lain:
• Semakin banyak dikembangkannya produk digital yang dilengkapit prosesor untuk melakukan komputasi atau yang kerap disebut embedded computing device, dan mudah dibawa kemana-mana (mobile computing). Karenanya, diperlukan pengetahuan mengenai perangkat keras maupun perangkat lunak yang terkait karakteristik produk tersebut.

•Fenomena penggunaan open source sebagai backbone perangkat lunak di perusahaan akan semakin menggejala, tidak saja di UKM, juga di perusahaan raksasa kelas dunia.

•Kebutuhan TI yang tadinya banyak digunakan kalangan bisnis untuk meningkatkan profitabilitasnya akan bergeser ke individu guna meningkatkan kualitas kehidupan maupun gaya hidup.

•Di bidang jasa, perusahaan akan lebih fokus pada core business, sehingga ketika TI dipandang sebagai fungsi bisnis penunjang, maka outsourcing menjadi pilihan, tentu dengan mempertimbangkan kualitas, biaya, dan kecepatan.

•Security dan reliability infrastruktur serta jaringan komunikasi akan menjadi concern utama dari siapapun yang ingin berinteraksi melalui internet. Produk atau jasa yang dapat menjawab tantangan ini akan sangat laku diperdagangkan.

•Infrastruktur dengan bandwidth yang lebar untuk keperluan multimedia akan teramat sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak, sehingga penyedianya pasti akan memperoleh pelanggan yang sangat laris, baik dari kalangan korporasi maupun individual.

• Internet akan bermetamorfosa ke bentuk barunya, sebagai hasil konvergensi antara beragam teknologi, sehingga konsep teknologi baru seperti Ipv6, jaringan nir kabel (wireless), “internet part two”, akan menjadi primadona.

• Perjanjian dagang terbuka secara bilateral maupun multilateral secara perlahan akan mulai diterapkan. Akibatnya, semakin meningkatkan penggunaan TI untuk eBusiness atau eCommerce.

• Remote business, yakni melakukan kerjasama bisnis dari jarak jauh akan menjadi suatu fenomena yang terjadi dimana-mana sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya pesatnya TI.

PEMANFAATAN TI DI SEKOLAH

Tanpa terasa teknologi informasi (TI) telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari internet, spreadsheet, wordprocessor dan database telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang komputer, teknik, perbankan atau sains, tapi juga telah melebar ke bidang lainnya. Komputer dan teknologi informasi telah sampai pada taraf pervasif, yang telah begitu menjadi satu dalam proses belajar dan mengajar sehari-hari. Dari menulis laporan, perangkat analisis, hingga ke pelaksanaan percobaan. Kondisi ini memberikan peluang bagi dunia pendidikan untuk menggunakan komputer dan teknologi informasi (TI) sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah. Jika diamati melalui studi empiris dan observasi pemanfaatan TI dalam bidang pendidikan khususnya di sekolah-sekolah mulai dari pra sekolah sampai menengah atas sangatlah beragam, khususnya penerapannya dalam inovasi media pembelajaran berbasis TI. Pemanfaatan TI dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia.Berikut ini sampel-sampel dari luar negeri hasil revolusi dari sistem pendidikan yang berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi untuk menunjang proses pembelajaran mereka:
SD River Oaks di Oaksville, Ontario, Kanada, merupakan contoh tentang apa yang bakal terjadi di sekolah. SD ini dibangun dengan visi khusus: sekolah harus bisa membuat murid memasuki era informasi instan dengan penuh keyakinan. Setiap murid di setiap kelas berkesempatan untuk berhubungan dengan seluruh jaringan komputer sekolah. CD-ROM adalah fakta tentang kehidupan. Sekolah ini bahkan tidak memiiki ensiklopedia dalam bentuk cetakan. Di seluruh perpustakaan, referensinya disimpan di dalam disket video interktif dan CD-ROM-bisa langsung diakses oleh siapa saja, dan dalam berbagai bentuk: sehingga gambar dan fakta bisa dikombinasikan sebelum dicetak;foto bisa digabungkan dengan informasi.
SMU Lester B. Pearson di Kanada merupakan model lain dari era komputer ini. Sekolah ini memiliki 300 komputer untuk 1200 murid. Dan sekolah ini memiliki angka putus sekolah yang terendah di Kanada: 4% dibandingkan rata-rata nasional sebesar 30%
Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher Columbus di Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian sekolah ini begitu rendah, dan jumlah murid absen dan putus sekolah begitu tinggi hingga negara bagian memutuskan untuk mengambil alih. Lebih dari 99% murid berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Bell Atlantic- Sebuah perusahaan telepon di daerah itu membantu menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer pribadi. Sebagai gantinya, para guru mengadakan kursus pelatihan akhir minggu bagi orangtua. Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah maupun murid absen menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid meningkat hampir 3 kali lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New Jersey.
Dengan demikian, dapat ditarik garis besar dari pemanfaatan TI sebagai pendukung proses pembelajaran disekolah melalui beberapa sudut pandang :1. TI Sebagai Sumber Informasi Dan Ilmu Pengetahuan Informasi dan ilmu pengetahuan dapat sampai pada kita melalui berbagai jalan. Pada zaman dahulu, papirus, batu tulis, tulang dan buku menjadi media utama tersampainya ilmu pengetahuan. Seiring dengan majunya teknologi, dewasa ini informasi mengalami perubahan format ke dalam bentuk digital. Ide yang dimuat dalam kertas mulai tergantikan menjadi versi elektronik. Kita memasuki era paperless. Perubahan format ini membuka peluang besar bagi kemudahan akses informasi, apalagi dengan membuatnya dapat diakses secara online (melalui internet). Dengan bermodal komputer, dewasa ini kita dapat menjelajahi dunia cyber, yang kaya akan informasi. Berbagai penelitian berkesimpulan bahwa proses meng-online-kan informasi ini merupakan salah satu faktor penting yang mendorong pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan kegiatan informasi online ini tentunya dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah. Siswa dapat mencari berbagai informasi hanya dengan menulis beberapa kata kunci melalui mesin pencari di internet seperti melalui Google atau Yahoo. Dengan demikian proses belajar melalui kegiatan pencarian informasi di internet dapat dijadikan salah satu model tugas yang diberikan guru kepada siswanya. Tugas semacamnya ini tentunya akan mendorong siswa untuk mengenal teknologi informasi serta membuka kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dengan lebih luas.2. TI Sebagai Model Sistem Pembelajaran TI telah menawarkan beragam bentuk pemanfaatan dalam sistem pembelajaran misalnya Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Managed Learning (CML), dan ComputerMediated Communication (CMC). Bentuk pemanfaatan TI yang mutakhir dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran maya atau yang dikenal dengan istilah virtual learning. Proses pembelajaran maya terjadi pada kelas maya (virtual classroom) dan atau sekolah maya (virtual school) yang berada dalam cyberspace (dunia cyber) melalui jaringan internet. Proses pembelajaran maya berintikan keterpisahan ruang dan waktu antara siswa dan tenaga pengajar, serta sistem belajar terbuka yang berintikan akses yang terbuka dan kebebasan memilih ragam sumber belajar serta alur proses belajar oleh siswa. Pembelajaran maya yang memanfaatkan the world wide web (WWW) pada prinsipnya memberikan apa yang diinginkan setiap orang (dalam beragam bentuk), di tempat yang diinginkannya, pada saat yang diinginkannya ( to give what people want, where they want it, and when they want it – www). Dengan demikian, siswa dapat memperoleh bahan ajar yang sudah dirancang dalam paket-paket pembelajaran yang tersedia dalam situs maya. Biasanya bahan ajar disediakan dalam bentuk multimedia terpadu, dan kemungkinan untuk mencetak bagian-bagian tertentu pada printer seseorang. Siswa dapat mempelajari bahan ajar tersebut sendiri, tanpa bantuan belajar apapun atau dari siapapun. Jika diperlukan, siswa dapat memperoleh bantuan belajar dalam bentuk interaksi yang difasilitasikan oleh komputer, yaitu belajar berbantuan komputer (computer assisted learning, atau interactive web pages), belajar berbantuan tenaga pengajar secara synchronous (dalam titik waktu yang sama), maupun asynchronous (dalam titik waktu yang berbeda), dan atau belajar berbantuan sumber belajar lain seperti teman dan pakar melalui surat elektronik (e-mail), diskusi (chat-room), perpustakaan (melalui kunjungan ke situs-situs basis informasi yang ada dalam jaringan internet). Di samping itu, siswa juga memiliki catatan-catatan pribadi dalam note-book. Penilaian hasil belajar siswa (web-based evaluation) juga dapat dilakukan secara terbuka melalui komputer, kapan saja siswa merasa siap untuk dinilai (atau embedded/terintegrasi dalam virtual course).3. TI Sebagai Media Pembelajaran Multimedia Pemanfaatan TI dalam proses belajar mengaajr juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer dan projector dan sarana multimedia interaktif. Berdarkan hasil penelitian seorang guru SMP 199 Jakarta Timur mengenai dampak teknologi terhadap proses belajar dikelas melalui multimedia inetraktif didapatkan bahwa terdapat banyak sekali kemajuan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar seperti;
Memacu kretivitas siswa dan mereka (murid) terkesan kerasan atau betah dengan adanya metode kegiatan belajar dan mengajar melalui multi media.
Membangkitkan gairah siswa untuk senatiasa menyimak pelajaran alasanya sarana yang dipakai ini lebih menonjolkan gambar dan sangat efektif untuk menangkap nalar dari materi pelajaran.
Memacu siswa supaya rajin sekolah dan ada perasaan di kalangan siswa jika mereka tidak masuk atau absen merasa rugi karena ketertinggalannya dengan teman lain didalam memangkap materi pelajaran.
Membuat betah siswa disekolah, memang harus diakui kelengkapan sarana dan prasarana kegiatan proses kegiatan belajar dan mengajar juga sangat berdampak kepada siswa sekolah, apabila semua terpenuhi bisa saja mereka setelah diluar jam sekolah mengikut kegiatan ekstra kurikuler.
4. TI Sebagai Sarana Pengembangan Tenaga Pengajar Profesional TI memiliki peran penting dalam pengembangan profesional tenaga pengajar. Melalui pemanfaatan TI, tenaga pengajar dapat menjadikan internet sebagai perpustakaannya,menjadikan e-mail sebagai alat komunikasi antarsejawat, menjadikan bulletin board sebagai sarana untuk memperoleh informasi mutakhir tentang bidang ilmunya, dan menjadikan kesempatan chatting untuk mengobrol (atau berdiskusi) dengan santai tentang bidang ilmunya.Dari berbagai sudut pandang tersebut, maka kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkannya seoptimal mungkin. TI dapat membantu untuk memperkaya, mempermudah, dan mempercepat pembelajaran yang selama ini sudah dilaksanakan berdasarkan tradisi akademiknya. Dengan beragam kemudahan yang dijanjikan TI, pemanfaatan TI dipercaya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di samping itu, pembelajaran berbasis TI juga menyebabkan terbukanya akses terhadap pembelajaran bagi semua orang secara luas.Akhirnya, jika memang TI memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Sebab perlu diketahui bahwa Cyber Law belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia. Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; walaupun pada akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintahlah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Saat ini baru Institut-institut pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untuk mengakses jaringan IT yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut pendidikan lainnya yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah.

Peran Industri Teknologi Informasi (TI) dalam Perkembangan E-Learning

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM Interaktif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).

E-learning berkembang dengan dukungan penuh teknologi informasi. Di sini lebih tepat kita menggunakan istilah “Teknologi Informasi atau TI“ daripada sebatas istilah sempit “software”. E-learning berkembang tidak sebatas karena munculnya teknologi-teknologi software baru melainkan lebih luas mencakup pula perkembangan teknologi perangkat komputer dan networking.

E-learning dikembangkan dari perpaduan aspek pembelajaran dan aspek teknologi. Dari sisi teknologi, keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi yaitu software dan hardware & networking/communication.

Secara garis besar, kontribusi atau peran dari perusahaan-perusahaan atau vendor TI terhadap perkembangan implementasi e-learning dapat dikategorikan menjadi dua , yaitu sebagai technology provider dan service provider

Technology Provider

Technology provider berfokus pada pengembangan aplikasi e-learning dan platform berbasis web. Mereka mengembangkan software-software yang dibutuhkan baik untuk penyusunan material pembelajaran, hingga ke aplikasi pengelola sistem e-learning secara komprehensif. Technology provider mengembangkan software e-learning dan menjual lisensinya. Technology provider di bidang e-learning pun memiliki spesialisasi yang berbeda, antara lain :

Pengembang Learning Management System (LMS)

Learning Management System (LMS) berfungsi untuk menyimpan, mengelola dan mendistribusikan berbagai material pelatihan, ujian/test yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan katalog on-line sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih dan menjalankan berbagai materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas setiap pembelajar yang memanfaatkan e-learning.

Beberapa pengembang LMS di dunia antara lain :

Web-CT

Web-CT merupakan salah satu leader di bidang e-learning software di dunia dengan spesialisasi untuk implementasi di institusi pendidikan.

BlackBoard

Dengan aplikasi Academic Suite, Blackboard juga menjadi salah satu leader aplikasi e-learning untuk institusi pendidikan.

Dan beberapa provider lain seperti; Plateau, Saba, SumTotal, Docent, Click2Learn, TEDS, RWD, dll.

Beberapa contoh produk software di atas merupakan integrated package yang memang sudah didesain dan dikembangkan secara profesional dan siap diimplementasikan. Sebenarnya institusi penyelenggara e-learning baik institusi pendidikan maupun korporat dapat mengembangkan aplikasi LMS dari awal (from zero). LMS dapat dikembangkan sendiri dengan: VBScript, ASP, SQL Server atau Javascript, PHP, MySQL. Tetapi tentunya konsekuensi waktu, sumber daya manusia dan biaya perlu dipertimbangkan.

Pengembang Software E-Learning Authoring

Beberapa vendor khusus mengembangkan software authoring atau software yang dibutuhkan untuk mendesain dan menyusun materi pelatihan interaktif, test, presentasi, simulasi, web content, dll, secara profesional dan testruktur dengan menggabungkan berbagai content multimedia.

Beberapa pengembang software e-learning authoring tool di dunia antara lain: Microsoft (Powerpoint, Producer, Frontpage), Macromedia (Authorware, Breeze, Dreamweaver), Adobe (Premiere), Click2Learn, Allen, Knowledge Presenter, Lectora Publisher, Quest ToolBook II Instructor, ReadyGo! MindFlash , dll.

Pengembang E-Learning Content

Sebagian pengembang lain khusus mengembangkan e-learning content atau aplikasi yang berisikan tutorial pembelajaran, aplikasi test dan sertifikasi, simulasi, dll yang pada umumnya dikembangkan dengan mengacu pada satuan pelajaran dan kurikulum yang berlaku. Karena fokus produk pada content atau isinya, maka pengembangan produk jenis ini selalu melibatkan pakar-pakar di bidang pendidikan khususnya untuk materi yang akan diketengahkan.

Aplikasi yang dikembangkan bisa berbasis web, berbasis animasi multimedia, presentasi interaktif atau gabungan dari itu semua.

Hardware & Networking Vendor

Beberapa vendor lebih memfokuskan pada dukungan di aspek perangkat keras dan infrastruktur pendukung dalam implementasi e-learning dan aspek ini tentunya tak kalah penting dalam menentukan keberhasilan implementasi e-learning. Perkembangan-perkembangan baru dalam teknologi perangkat jaringan sangat mendorong perkembangan e-learning.

Di lini server, berbagai vendor seperti HP, IBM, Gateway, Acer, dll berlomba menciptakan server-server kelas enterprise dengan kemampuan clustering yang cocok dimanfaatkan sebagai e-learning server/web server.

Dalam hal konektivitas jaringan, munculnya teknologi fast-ethernet 100Mbps dan gigabit ethernet 1Gbps berkecepatan tinggi mampu mendistribusikan materi pembelajaran e-learning yang full multimedia-content dengan cepat. Aplikasi-aplikasi simulasi interaktif dapat diakses dengan ringan oleh pembelajar. Vendor perangkat jaringan skala dunia seperti Cisco System, Allied Telesyn, LinkSys, dll menyediakan berbagai perangkat pendukung e-learning mulai dari intelligent router dan switch yang canggih, hingga berbagai perangkat wireless network.

Wireless network merupakan teknologi yang semakin banyak dimanfaatkan dan diimplementasikan di lingkungan institusi pendidikan seperti universitas/kampus, khususnya untuk mendukung e-learning yang dikembangkan. Di teknologi inipun sudah dimanfaatkan WLan-11 Mbps hingga 54MBps dan sebentar lagi akan diluncurkan protokol Wimax dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi.

Service Provider

Service provider lebih memfokuskan sebagai penyedia jasa pengembangan dan implementasi e-learning di sektor korporat maupun di institusi pendidikan. Layanan pada umumnya mencakup konsultansi, perancangan, integrasi, dukungan teknis dan berbagai jasa pendukung lainnya. Pada prakteknya beberapa e-learning service provider sekaligus menjadi e-learning outsourcing atau penyedia e-learning beserta content bagi beberapa universitas atau institusi pendidikan yang tidak ingin repot dalam mengembangkan dan mengelola sistem e-learning di institusinya.

Beberapa e-learning service provider skala dunia antara lain: CollegisEduprise, Campus Pipeline, Embanet, AXG Tecnonexo, dll.

Di Indonesia pun, saat ini semakin bermunculan perusahaan IT yang menyediakan jasa sebagai service provider bidang E-learning. Segmen layanannya pun beragam antara lain: jasa konsultasi perancangan dan pengembangan, implementator/licensor software e-learning dari vendor tertentu, Desain dan penyusunan web content, pembuatan material training berbasis multimedia, penyedia layanan internet broadband connection, network integrator, dll.

Untuk kepentingan komersial, semakin banyak pengembang software di Indonesia yang mengembangkan produk-produk software pembelajaran interaktif yang dapat mendukung e-learning. Beberapa produk yang ada di pasaran dikembangkan dengan konsep yang beragam. Beberapa produk dikembangkan dengan mengacu pada kurikulum pendidikan formal yang berlaku sehingga produk tersebut diharapkan dapat diterapkan dan dimanfaatkan di institusi pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pengembang lain memilih mengembangkan produk pembelajaran dengan materi yang bersifat lebih umum.

Beberapa contoh produk software pembelajaran di Indonesia :

- Pesona Fisika dan Pesona Matematika untuk SMP, SMA dari Kuantum Inti Dinamika

- Belajar Matematika Bersama Mr.Sicerdas untuk SD-SMP-SMA dari Wahana Komputer

- Software EduGames Maximize Studio untuk tingkat SD

- Software Anak Cerdas dari Akal Interaktif

- Software Tutorial Komputer dari BambooMedia, dll

Di bidang opensource, terdapat pula penyedia content e-learning yang saat ini semakin berkembang dan semakin banyak dimanfaatkan yaitu IlmuKomputer.com. Situs e-learning nirlaba ini dikembangkan secara opensource, sehingga pembelajar dapat mengakses dan mendownload material-material tutorial seputar dunia komputer secara gratis.